Posisi Chief Executive Officer (CEO) Microsoft disarankan harus diganti
dengan sosok dari luar perusahaan itu. Suksesor Steve Ballmer yang
berasal dari luar Microsoft, dinilai akan memberikan ide-ide segar untuk
kepemimpinan perusahaan tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh mantan senior Vice President Microsoft Joachim Kempin, yang bekerja untuk raksasa piranti lunak itu selama dua dekade antara 1983 dan 2003. Ia yakin, jika Microsoft merekrut pengganti CEO dari orang dalam, maka akan tetap memberikan budaya yang sama seperti Ballmer.
“Suksesor Ballmer tidak harus dari dalam Microsoft. Gagasan bahwa orang ini harus datang dari dalam (Microsoft) belum tentu baik. Ada kemungkinan orang itu akan menjalankan perusahaan seperti yang Ballmer lakukan, karena budaya transfer itu sendiri,” kata Joachin, seperti dilansir dari Computing, Selasa (12/2/2013).
Kempin mencontohkan Louis Gerstner, yang diangkat sebagai CEO IBM pada April 1993, pada saat banyak orang takut raksasa komputer itu akan terperosok ke dalam jurang kerugian. “Pikirkan tentang Lou Gerstner datang ke IBM begitu saja dari RJR Nabisco (perusahaan yang menjual produk makanan). Pada dasarnya dia membuat kue kecil (di Nabisco), kan? Tentunya ia juga memiliki latarbelakang yang baik di IT dan teknologi, tapi semua orang masih seperti, ‘Mampukah orang ini melakukannya?’,” jelas Kempin.
“Tapi dia mengerti bahwa untuk membawa kapal kembali ke jalannya, dia harus mematahkan beberapa peraturan,” lanjutnya.
Kempin juga menyinggung Marissa Meyer, yang mengambalih kontrol di Yahoo pada tahun lalu, dan mampu menghidupkan kembali perusahaan itu. Serta Steve Jobs, yang setelah kembali ke Apple meraih kesuksesan.
“Mereka harus mengubah cara mereka mendekati bisnis. Tapi jika Anda mendapatkan seseorang dari dalam Microsoft, mungkin itu tidak akan terjadi,” ungkap Kempin.
Namun untuk pemimpin Microsoft, menurutnya harus orang yang memahami tren teknologi.
Hal itu diungkapkan oleh mantan senior Vice President Microsoft Joachim Kempin, yang bekerja untuk raksasa piranti lunak itu selama dua dekade antara 1983 dan 2003. Ia yakin, jika Microsoft merekrut pengganti CEO dari orang dalam, maka akan tetap memberikan budaya yang sama seperti Ballmer.
“Suksesor Ballmer tidak harus dari dalam Microsoft. Gagasan bahwa orang ini harus datang dari dalam (Microsoft) belum tentu baik. Ada kemungkinan orang itu akan menjalankan perusahaan seperti yang Ballmer lakukan, karena budaya transfer itu sendiri,” kata Joachin, seperti dilansir dari Computing, Selasa (12/2/2013).
Kempin mencontohkan Louis Gerstner, yang diangkat sebagai CEO IBM pada April 1993, pada saat banyak orang takut raksasa komputer itu akan terperosok ke dalam jurang kerugian. “Pikirkan tentang Lou Gerstner datang ke IBM begitu saja dari RJR Nabisco (perusahaan yang menjual produk makanan). Pada dasarnya dia membuat kue kecil (di Nabisco), kan? Tentunya ia juga memiliki latarbelakang yang baik di IT dan teknologi, tapi semua orang masih seperti, ‘Mampukah orang ini melakukannya?’,” jelas Kempin.
“Tapi dia mengerti bahwa untuk membawa kapal kembali ke jalannya, dia harus mematahkan beberapa peraturan,” lanjutnya.
Kempin juga menyinggung Marissa Meyer, yang mengambalih kontrol di Yahoo pada tahun lalu, dan mampu menghidupkan kembali perusahaan itu. Serta Steve Jobs, yang setelah kembali ke Apple meraih kesuksesan.
“Mereka harus mengubah cara mereka mendekati bisnis. Tapi jika Anda mendapatkan seseorang dari dalam Microsoft, mungkin itu tidak akan terjadi,” ungkap Kempin.
Namun untuk pemimpin Microsoft, menurutnya harus orang yang memahami tren teknologi.
0 komentar:
Posting Komentar