Solar flare atau yang biasa dikenal dengan badai matahari
terjadi pada awal Sabtu (9/2) dan memicu letusan matahari dengan
melepaskan partikel bermuatan ke Bumi. Badai matahari ini, meskipun
tidak menimbulkan bahaya pada satelit atau astronot, namun dampaknya
bisa memunculkan fenomena aurora di Bumi.
Dilansir Space, Senin (11/2/2013), erupsi solar atau yang juga disebut pelepasan massa koronal (CME) terjadi di pada Sabtu lalu, pukul 2.30 a.m EST (0730 GMT). Selama pelepasan massa koronal tersebut, matahari melemparkan gelombang partikel bermuatan di Bumi pada kecepatan 1,8 juta mil per jam atau hampir 2,9 juta kilometer per detik.
Erupsi solar ini telah ditangkap oleh Solar and Heliospheric Observatory (SOHO), yang merupakan misi gabungan antara NASA dan European Space Agency (ESA). CME merupakan erupsi material surya bermuatan yang meluncur di luar angkasa.
Ketika mengarah ke Bumi, partikel bermuatan ini bisa mencapai planet antara satu atau tiga hari. Partikel ini kemudian bisa memunculkan badai geomagnetik ketika berinteraksi dengan medan magnet planet.
CME juga mempengaruhi kemunculan aurora di kutub utara serta kutub selatan. "Di masa lalu, CME di kekuatan seperti ini memiliki efek yang kecil," kata NASA.
Badan antariksa asal Amerika Serikat ini menjelaskan, CME kemungkinan menyebabkan fenomena aurora di dekat kutub. CME yang terjadi baru-baru ini juga kabarnya tidak mengganggu sistem kelistrikan di Bumi atau GPS maupun satelit komunikasi.
Badai matahari ini juga mendapatkan perhatian oleh para astronot yang tinggal di International Space Station (ISS). Kabarnya, efek badai matahari ini memberi sedikit dampak pada aktivitas rutinitas harian mereka.
"Kami tinggal di dekat bintang. Ini merupakan pelepasan gumpalan besar di 500 mil per detik. Namun, tidak perlu khawatir, ini (bisa menghasilkan) aurora yang baik," tulis astronot Kanada, Chris Hadfield yang tinggal di ISS dalam posting-an Twitternya.
Dilansir Space, Senin (11/2/2013), erupsi solar atau yang juga disebut pelepasan massa koronal (CME) terjadi di pada Sabtu lalu, pukul 2.30 a.m EST (0730 GMT). Selama pelepasan massa koronal tersebut, matahari melemparkan gelombang partikel bermuatan di Bumi pada kecepatan 1,8 juta mil per jam atau hampir 2,9 juta kilometer per detik.
Erupsi solar ini telah ditangkap oleh Solar and Heliospheric Observatory (SOHO), yang merupakan misi gabungan antara NASA dan European Space Agency (ESA). CME merupakan erupsi material surya bermuatan yang meluncur di luar angkasa.
Ketika mengarah ke Bumi, partikel bermuatan ini bisa mencapai planet antara satu atau tiga hari. Partikel ini kemudian bisa memunculkan badai geomagnetik ketika berinteraksi dengan medan magnet planet.
CME juga mempengaruhi kemunculan aurora di kutub utara serta kutub selatan. "Di masa lalu, CME di kekuatan seperti ini memiliki efek yang kecil," kata NASA.
Badan antariksa asal Amerika Serikat ini menjelaskan, CME kemungkinan menyebabkan fenomena aurora di dekat kutub. CME yang terjadi baru-baru ini juga kabarnya tidak mengganggu sistem kelistrikan di Bumi atau GPS maupun satelit komunikasi.
Badai matahari ini juga mendapatkan perhatian oleh para astronot yang tinggal di International Space Station (ISS). Kabarnya, efek badai matahari ini memberi sedikit dampak pada aktivitas rutinitas harian mereka.
"Kami tinggal di dekat bintang. Ini merupakan pelepasan gumpalan besar di 500 mil per detik. Namun, tidak perlu khawatir, ini (bisa menghasilkan) aurora yang baik," tulis astronot Kanada, Chris Hadfield yang tinggal di ISS dalam posting-an Twitternya.
0 komentar:
Posting Komentar